top of page
Search
Writer's picturekonselingmakaraui

Akhiri yang Rapuh, Mulai yang Sehat



Masih sering kita dengar persoalan kesehatan mental di area relasi, seperti pernyataan dari orang sekitar “saya baru saja bertengkar dengan pasangan”; “saya tidak akur dengan saudara-saudara” ; “saya tidak nyaman bekerjasama dengan atasan/rekan kerja di kantor”.

 

Kalimat-kalimat tersebut juga merupakan contoh ungkapan yang banyak disampaikan oleh orang-orang di ruang konseling. Hal ini antara lain karena persoalan dalam relasi bisa sangat mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang. Kesehatan mental sendiri adalah salah satu aspek penting dari kesejahteraan manusia, yang mencakup kondisi emosional, psikologis, dan sosial seseorang. Sehingga, keseimbangan antara kesehatan mental dan relasi penting karena keduanya saling mempengaruhi. Relasi yang positif dapat mendukung kesehatan mental yang baik, sementara gangguan dalam kesehatan mental dapat mempengaruhi secara negatif relasi individu tersebut.

 

Melihat kondisi yang sering terjadi ini, maka penting bagi kita untuk mengetahui tentang relasi yang sehat. Mulai dari definisi, ciri, manfaat, komunikasi yang sehat, serta cara untuk memiliki relasi sehat. Tujuan lain dari kesadaran tentang relasi yang sehat ini ialah agar kita dapat membedakannya dengan relasi yang tidak sehat dan dapat berupaya untuk menghindarinya.

 

 

Apa itu relasi yang sehat?

Relasi yang saling mendukung dan penuh kasih sehingga mendatangkan  perasaan bahagia dan puas. Relasi yang sehat dengan pasangan dan anggota keluarga dapat meningkatkan kehidupan, kesejahteraan, dan membuat semua orang merasa senang dengan diri mereka sendiri. Oleh karena itu, relasi yang sehat tidak terjadi dengan sendirinya. Relasi tersebut membutuhkan waktu untuk dibangun dan perlu diusahakan agar tetap sehat. Semakin banyak upaya positif yang kita berikan dalam suatu relasi, semakin sehat pula relasi tersebut.

 

Apa saja tanda-tanda relasi yang sehat?

Orang-orang dalam relasi yang sehat akan menunjukkan sikap saling mencintai dan mendukung. Mereka saling membantu secara praktis, maupun emosional. Mereka saling mendukung di saat senang maupun susah. Relasi yang sehat umumnya didasarkan pada:

  • Rasa hormat, kejujuran, dan kepercayaan

  • Komunikasi terbuka

  • Kesetaraan

  • Kepentingan bersama dan individu

  • Pengertian

  • Perhatian

  • Nilai-nilai bersama

 

Apa manfaat relasi yang sehat?

Orang-orang yang memiliki relasi yang sehat cenderung merasa bahagia dan puas dengan kehidupan mereka. Mereka cenderung memiliki masalah kesehatan fisik dan mental yang rendah, sebab relasi yang sehat dapat:

  • Meningkatkan rasa harga diri, rasa memiliki, dan membantu kita merasa tidak sendirian

  • Menunjang rasa percaya diri

  • Membantu mengatasi masa-masa sulit dalam hidup

 

Apa yang dimaksud dengan komunikasi dalam relasi yang sehat?

Orang-orang yang berada dalam relasi yang sehat berbicara dan mendengarkan satu sama lain secara teratur dan efektif. Kesalahpahaman dapat terjadi, dan itu dapat menyebabkan orang menjadi kesal, terluka, atau bingung. Sehingga, saat berkomunikasi pastikan untuk memperhatikan beberapa hal ini :

  • Tetap jelas tentang apa yang ingin dikatakan

  • Berusahalah sungguh-sungguh untuk memahami apa yang dikatakan orang lain

  • Periksa ulang apakah kita telah memahami dengan benar

  • Mencintai satu sama lain tidak selalu berarti kita tahu apa yang dipikirkan orang lain atau bahwa kita akan dapat berkomunikasi dengan baik


Oleh karena itu, untuk memiliki komunikasi yang lebih terbuka dalam relasi kita dapat melakukan beberapa hal seperti :

  • Meluangkan waktu untuk berbicara satu sama lain tanpa gangguan

  • Dengarkan satu sama lain dengan sungguh-sungguh

  • Diskusikan berbagai hal dengan jujur ​​namun tetap saling menghargai

  • Bicarakan tentang apa yang terjadi dalam hidup pribadi, baik hal-hal sederhana maupun hal-hal yang lebih besar

  • Beri tahu orang yang dituju tentang apa yang kita inginkan dan butuhkan, lalu diskusikan jika memiliki pendapat yang berbeda

 

Komunikasi bukanlah sekadar berbicara. Komunikasi non-verbal, termasuk postur tubuh, nada suara, dan ekspresi wajah dapat memberi tahu orang lain tentang perasaan. Komunikasi non-verbal bahkan dapat lebih kuat daripada apa yang dikatakan, jika perilaku tidak sesuai dengan kata-kata.

 

Bagaimana kita dapat mempertahankan relasi yang sehat?

Menjaga relasi yang sehat itu penting dan membutuhkan waktu serta komitmen. Tidak ada relasi yang sempurna, tetapi penting bahwa relasi yang dibangun bisa membawa lebih banyak kebahagiaan daripada stres. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk membangun relasi yang sehat:

  1. Jelaskan apa yang diinginkan. Ini membantu kita menyampaikan maksud dengan jelas dan jujur ​​sambil menghargai sudut pandang orang lain. Cobalah menggunakan pernyataan 'saya' alih-alih pernyataan 'Anda' yang kritis. Misalnya, katakan “Saya tidak nyaman ketika Anda mengatakan hal tersebut pada saya” daripada “Anda selalu menyakiti saya dengan ucapan Anda.”

  2. Minta maaf ketika melakukan kesalahan. Ini sangat penting, karena membantu menyembuhkan relasi dan membuatnya lebih kuat.

  3. Bersikap penuh kasih sayang dan tunjukkan apresiasi. Relasi dapat menjadi rutinitas setelah beberapa saat. Luangkan waktu khusus bersama dan tunjukkan kasih sayang serta apresiasi terhadap apa yang telah mereka lakukan untuk kita.

  4. Jadikan relasi sebagai prioritas. Mungkin sulit untuk menyeimbangkan relasi dengan pasangan, pekerjaan, keluarga, dan teman. Kita dapat membantu menciptakan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi dengan menetapkan batasan di tempat kerja dan belajar untuk mengatakan 'tidak'. Ini akan memastikan kita menyediakan waktu untuk diri kita dan pasangan atau keluarga.

  5. Temukan solusi yang cocok. Konflik terkadang terjadi dalam relasi apa pun. Sangat penting bagi kita untuk menghormati dan menerima perbedaan dan persamaan. Menemukan solusi yang cocok mungkin memerlukan kompromi di waktu yang berbeda.

  6. Luangkan waktu untuk keluarga. Menemukan waktu bersama sebagai keluarga bisa jadi sulit. Namun, bahkan satu kali makan bersama keluarga dalam seminggu memberi setiap anggota keluarga kesempatan untuk mengejar ketertinggalan, terhubung, dan berkomunikasi satu sama lain.

 

Referensi :


Penulis: Yuanita Zandy Putri, M.Psi, Psikolog

11 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page