Scroll, Bandingkan, Cemas: Strategi Mahasiswa Menghadapi Tekanan Media Sosial
- konselingmakaraui
- Apr 28
- 2 min read

Platform seperti Instagram, TikTok, dan Facebook dipenuhi dengan gambar sempurna, gaya hidup mewah, dan pencapaian yang tampak mudah diraih. Seringkali kita melihat hal-hal yang terlihat sempurna dan berbeda dengan pencapaian diri kita sendiri. Tanpa disadari, kita menjadi sering membandingkan hidup kita dengan yang kita lihat di layar. Fenomena ini bisa berdampak serius pada kesehatan mental, meningkatkan perasaan tidak cukup baik (not good enough), rendah diri, bahkan memicu kecemasan dan depresi. Lalu, mengapa kita begitu mudah terjebak dalam perbandingan ini, dan bagaimana cara mengatasinya?
Dampak Negatif Membandingkan Diri di Media Sosial
Menurunkan Harga Diri
Ketika kita merasa kehidupan kita tidak sehebat orang lain di Instagram, kita cenderung merasa tidak cukup baik.
Studi oleh Fardouly et al. (2015) menemukan bahwa wanita yang sering melihat gambar tubuh ideal di media sosial lebih cenderung merasa tidak puas dengan tubuh mereka sendiri.
Meningkatkan Risiko Depresi dan Kecemasan
Penelitian dari Lin et al. (2016) menunjukkan bahwa penggunaan media sosial berhubungan dengan peningkatan tingkat depresi.
Membuat Ketergantungan pada Validasi Eksternal
Menurut penelitian dalam Firdaus (2024) menjelaskan bahwa media sosial dapat menciptakan ketergantungan pada validasi eksternal yang bisa membuat kita merasa tidak percaya diri.
Bagaimana Menghentikan Kebiasaan Membandingkan Diri?
Sadari bahwa Media Sosial Bukan Kenyataan
Ingat bahwa foto dan video yang kamu lihat telah diedit, disaring, dan hanya menampilkan bagian terbaik dari kehidupan seseorang.
Kurangi Konsumsi Keonten yang Tidak Sehat
Unfollow atau mute akun yang membuatmu merasa tidak cukup baik dan tetapkan batas penggunaan media sosial.
Gunakan Media Sosial Secara Positif
Gunakan platform ini untuk belajar, terhubung dengan orang-orang yang mendukungmu, menyebarkan energi positif, dan menginspirasi.
Fokus pada Kehidupan Nyata
Buat daftar pencapaian dan hal-hal yang kamu syukuri dalam hidupmu.
Ingat bahwa setiap orang punya perjalanan uniknya sendiri.
Kesimpulan
Membandingkan diri di media sosial adalah hal yang mungkin dialami oleh hampir semua orang. Namun, dengan menyadari bahwa yang kita lihat bukanlah kenyataan, mengontrol konsumsi media sosial, dan fokus pada diri sendiri, kita bisa menggunakan platform ini dengan lebih sehat. Pada akhirnya, hidup tidak tentang siapa yang terlihat paling sempurna di Instagram, tetapi tentang bagaimana kita menikmati perjalanan kita sendiri tanpa perlu validasi dari dunia maya.
Penulis
Alifia Andrarini, S.Psi.
Referensi
Fardouly, J., Diedrichs, P. C., Vartanian, L. R., & Halliwell, E. (2015). Social comparisons on social media: The impact of Facebook on young women’s body image concerns and mood. Body Image, 13, 38-45
Firdaus, N. H. (2024). Dampak FOMO media sosial pada kepercayaan diri remaja. Jurnal Lingkar Pembelajaran Inovatif, 5(11)
Vogel, E. A., Rose, J. P., Roberts, L. R., & Eckles, K. (2014). Social comparison, social media, and self-esteem. Psychology of Popular Media Culture, 3(4), 206-222.
Lin, L. Y., Sidani, J. E., Shensa, A., Radovic, A., Miller, E., Colditz, J. B., Hoffman, B. L., Giles, L. M., & Primack, B. A. (2016). Association Between Social Media Use and Depression Among U.S. Young Adults. Depression and anxiety, 33(4), 323–331. https://doi.org/10.1002/da.22466
Comments