Hear Yourself: The Art of Appreciating Every Emotion
- konselingmakaraui
- 4 days ago
- 4 min read

Emosi adalah bagian penting dari pengalaman manusia. Mereka memberi warna pada hidup kita dan membantu kita berinteraksi dengan dunia di sekitar kita. Namun, seringkali kita cenderung mengabaikan atau bahkan menekan emosi yang kita rasakan, terutama emosi yang dianggap negatif. Padahal, setiap emosi yang muncul memiliki pesan dan nilai penting bagi diri kita.
Salovey dan Mayer (1990) mengusulkan bahwa kecerdasan emosional adalah ekspresi dan evaluasi emosi diri sendiri, kemampuan untuk mengatur emosi diri sendiri, serta kemampuan untuk menggunakan emosi untuk memecahkan masalah praktis. Dengan kata lain, itu adalah kemampuan komprehensif untuk memahami, mengevaluasi, dan mengekspresikan emosi secara akurat.
Mengenal Ragam Emosi
Emosi memiliki spektrum yang luas dan tidak berbatas pada senang, sedih, atau marah. Kita dapat mengatakan kita gembira, bahagia, puas, dan lega ketika hati kita sedang senang. Kecewa, putus asa, kehilangan, dan kesepian, adalah bentuk dari emosi sedih. Kita kesal, jengkel, geram, dan murka ketika kita sedang marah. Cemas, khawatir, gugup, panik, merupakan bentuk rasa takut.
Mengapa Kita Harus Mendengarkan Emosi?
Emosi adalah alat komunikasi internal yang memberitahu kita tentang apa yang kita butuhkan, apa yang kita hargai, dan apa yang mungkin mengancam diri kita. Mengabaikan atau menekan emosi hanya akan menambah ketegangan dan dapat berujung pada masalah kesehatan mental dan fisik. Misalnya, ketika kita marah dan tidak melakukan kontrol terhadap perilaku, kita mungkin bisa melakukan kegiatan yang merusak atau mengancam diri kita dan orang lain.
Contoh lain adalah ketika kita bersedih, sering kali kita memendam perasaan tersebut karena takut akan dianggap lemah atau takut membebani orang-orang disekitar kita saat kita bercerita. Perasaan yang dipendam dalam jangka waktu yang lama ini dapat mengarahkan kita ke gangguan kesehatan mental yang lebih parah. Kita memiliki kendali yang terbatas atas pikiran dan perasaan kita, namun kita memiliki kendali yang sangat besar atas tindakan kita. Melalui tindakan ini, kita dapat menciptakan kehidupan yang kaya, penuh, dan bermakna.
Mengapa Kita Cenderung Menekan Emosi?
Dalam kehidupan sehari-hari, peristiwa yang kita alami melibatkan perasaan yang menyenangkan maupun tidak. Ketika mengalami peristiwa yang kurang menyenangkan, kita akan berusaha menyingkirkan perasaan tersebut. Namun, perasaan tersebut muncul kembali setelah beberapa saat, kemudian hilang lagi, dan seterusnya. Kita hidup dalam masyarakat yang sangat fokus pada pencarian kebahagiaan, dengan budaya yang selalu mengutamakan rasa senang. Seringkali, masyarakat menyarankan kita untuk menghindari perasaan negatif, seperti marah, takut, sedih, rasa tidak aman, dan rasa bersalah, dan berusaha menggantinya dengan perasaan positif.
Bagaimana Cara Menghargai Emosi?
Menghargai emosi merupakan aspek penting dari kecerdasan emosional dan kesejahteraan mental. Hal ini melibatkan pengenalan, pemahaman, dan penerimaan perasaan, baik positif maupun negatif, daripada menekan atau menghakiminya. Bagaimana cara menghargai emosi?
Mengenali dan Menerima Emosi
Sadarilah perasaan yang muncul tanpa menghakimi diri sendiri. Terima bahwa semua emosi, baik positif maupun negatif, adalah bagian dari pengalaman manusia.
Contoh: Jika merasa sedih karena mendapat nilai yang tidak sesuai harapan atau kritik dari dosen, akui perasaan itu tanpa menyalahkan diri sendiri. Katakan pada diri sendiri, “Wajar aku merasa sedih, ini bagian dari proses belajar.”
Memberikan Ruang untuk Merasakan Emosi
Jangan menekan emosi atau berpura-pura semuanya baik-baik saja. Izinkan diri untuk merasakan perasaan tersebut dengan sehat.
Contoh: Jika merasa stres setelah belajar dan berkegiatan seharian, beri waktu untuk beristirahat dan menarik napas dalam sebelum kembali beraktivitas.
Ekspresikan Emosi dengan Cara yang Sehat
Cari cara yang tepat untuk menyalurkan emosi, seperti menulis jurnal, berbicara dengan teman, atau melakukan aktivitas kreatif.
Contoh: Jika merasa marah setelah berdebat, daripada meledak atau memendamnya, cobalah menulis di jurnal atau berbicara dengan seseorang yang dipercaya.
Tetapkan Batasan yang Sehat
Jangan biarkan orang lain mengabaikan atau meremehkan perasaanmu. Tetapkan batas yang jelas dalam hubungan.
Jika seseorang sering mengkritik tanpa alasan, katakan dengan tegas, “Aku menghargai pendapatmu, tapi aku butuh kritik yang membangun, bukan sekadar komentar negatif.”
Beri Diri Sendiri Kasih Sayang dan Pengertian
Jangan terlalu keras pada diri sendiri. Beri diri sendiri waktu untuk pulih dari emosi yang sulit.
Contoh: Jika melakukan kesalahan di kelas, organisasi, atau dengan dosen, daripada menyalahkan diri sendiri, katakan, “Aku akan belajar dari ini dan mencoba lebih baik di lain waktu.”
Cari Dukungan Saat Dibutuhkan
Jangan ragu untuk mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional jika emosi terasa berat.
Contoh: Jika merasa cemas berlebihan, bicarakan dengan teman terdekat atau pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan psikolog.
Manfaat Menghargai Emosi
Menghargai emosi memiliki banyak manfaat untuk kesehatan mental dan fisik kita. Dengan menghargai emosi, kita menjadi lebih sadar diri dan lebih mampu mengelola perasaan, yang dapat mengurangi risiko stres, kecemasan, dan depresi. Selain itu, emosi yang tidak dikelola dengan baik dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik, seperti meningkatkan risiko penyakit jantung dan gangguan pencernaan.
Dengan menghargai emosi, kita bisa mengurangi risiko masalah kesehatan fisik tersebut. Menghargai emosi juga membantu kita memahami diri sendiri dan orang lain yang mengarah pada hubungan interpersonal yang lebih sehat dan harmonis. Secara keseluruhan, dengan menghargai emosi, kita dapat menjalani hidup yang lebih bahagia, bermakna, dan produktif.
Penulis:
Fairuz Khairunissa Figarnia, S.Psi
Referensi:
Harris, R. (2008). The Happiness Trap. Exisle Publishing Ltd.
Kuo, J.R., Fitzpatrick, S., Ip, J. et al. The who and what of validation: an experimental examination of validation and invalidation of specific emotions and the moderating effect of emotion dysregulation. bord personal disord emot dysregul 9, 15 (2022). https://doi.org/10.1186/s40479-022-00185-x
Salovey, P. J., and Mayer, D. (1990). Emotional intelligence. Imag. Cogn. Persy. 9, 267–298.
Wang K, Yang Y, Zhang T, Ouyang Y, Liu B and Luo J (2020) The Relationship Between Physical Activity and Emotional Intelligence in College Students: The Mediating Role of Self-Efficacy. Front. Psychol. 11:967. doi: 10.3389/fpsyg.2020.00967
Komen